Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Kita Butuh Tidur?


Mungkin ada beberapa di antara kita yang mempertanyakan, mengapa kita butuh tidur? Manusia dewasa tidur sekitar 7 sampai 8 jam per hari, setara dengan sepertiga hari. Bayi dan anak-anak memerlukan waktu tidur yang lebih panjang lagi. Lebih dari dua pertiga waktu bayi baru lahir digunakan untuk tidur.
Saat tidur manusia tidak sadar dengan kondisi di sekitarnya. 

Logikanya, saat manusia masih berada dalam fase berburu dan meramu, tidur membuat manusia lebih rentan diserang predator. Nah, jika tidur menempatkan manusia dalam kondisi yang lebih rentan, mengapa kita tetap berevolusi untuk tidur setiap harinya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mungkin kita harus mengingat bahwa bukan hanya manusia yang memerlukan tidur, melainkan hewan pun juga tidur, meskipun dengan variasi waktu yang sangat luas antar spesiesnya.

Hewan yang tidur juga lebih rentan diserang oleh predator. Oleh sebab itu, tiap spesies mengembangkan adaptasinya masing-masing agar dapat tidur dengan lebih aman. Zebra misalnya, hanya tidur selama beberapa menit setiap kalinya, sedangkan lumba-lumba hanya mengistirahatkan separuh bagian otaknya saat tidur agar tidak tenggelam.
Ya, tidur berguna untuk mengistirahatkan otak, tepatnya untuk membuang sisa-sisa metabolisme otak.

Otak adalah organ istimewa. Tidak seperti organ lain, otak tidak terhubung langsung dengan darah. Ada sawar darah-otak (blood-brain barrier) yang memisahkan otak dari peredaran darah. Sawar ini bertujuan untuk melindungi otak, tetapi akibatnya adalah sisa metabolisme otak tidak bisa langsung dibuang ke darah seperti pada organ-organ lain. Saat manusia dan hewan tidur, ada mekanisme khusus untuk membersihkan sisa-sisa metabolisme otak.

Dengan penjelasan tersebut, jelas kiranya bahwa tidur dibutuhkan untuk menjaga kesehatan otak. Coba saja kita tidak tidur semalaman atau sengaja kurang tidur selama beberapa hari berturut-turut, pasti mood kita akan menjadi buruk dan segala hal jadi serba salah.

Nah, jika hewan beradaptasi dengan caranya masing-masing untuk mengurangi risiko diserang predator saat tidur, bagaimana dengan manusia? 

Ternyata nenek moyang kita beradaptasi dengan tidur dalam kelompok, yaitu mengelilingi api unggun dan ada anggota kelompok yang berjaga bergantian.

Hawa hangat dari api unggun, suasana yang agak terang, berisik dari kayu yang terbakar, dan kehadiran manusia lain di sekitar kita ternyata membuat tidur kita lebih berkualitas ketimbang tidur sendirian di tempat yang gelap, sejuk, dan sepi. Setidaknya itu yang didapatkan dari hasil penyelidikan terhadap cara hidup manusia terdahulu.
Semoga bermanfaat.

Sumber: 
[Lieberman, D].(2020). Exercised: The Science of Physical Activity, Rest, and Health. New York: Penguin Books.

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet