Mitos Dan Fakta Mengenai Virus Corona Yang Wajib Diketahui
Lantaran virus corona masih baru dan dalam penyelidikan, banyak rumor yang berkembang mulai dari penyebab, pencegahan, hingga pengobatannya. Bahkan, tak sedikit informasi hoaks yang tersebar sejak kemunculannya, baik melalui media sosial atau grup pesan berantai.
Agar terhindar dari hoaks, ketahui mitos dan fakta mengenai virus corona berikut ini.
Check This Out :
1. Mitos: Virus corona sengaja dibuat oleh sekelompok orang untuk tujuan tertentu
Fakta: Virus sejatinya dapat berubah karakter seiring waktu. Terkadang, beberapa wabah penyakit banyak terjadi ketika virus yang berasal dari hewan, seperti burung, kelelawar, babi, ular, pindah ke manusia. Hal ini yang mungkin terjadi pula pada penyebaran virus corona.
2. Mitos: Hewan peliharaan dapat menularkan virus corona
Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing, dapat terinfeksi COVID-19. Kendati demikian, Anda dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun baik sebelum dan setelah melakukan kontak dengan hewan peliharaan.
Dengan ini, Anda dapat terhindar dari berbagai jenis bakteri umum, termasuk E.coli dan Salmonella yang mungkin berpindah dari hewan peliharaan ke manusia.
3. Mitos: Virus corona hanya menyerang lansia, bukan anak-anak muda
Fakta: Semua orang dari berbagai rentang usia sebenarnya dapat berisiko terinfeksi COVID-19. Akan tetapi, orang lanjut usia yang pertahanan tubuhnya sudah menurun dan orang-orang yang sebelumnya pernah mengalami kondisi medis, seperti asma, diabetes, penyakit jantung, tampaknya lebih rentan untuk menjadi sakit parah akibat virus.
World Health Organization menyarankan orang-orang dari segala usia untuk mengambil langkah-langkah guna melindungi diri dari virus, misalnya dengan meningkatkan pola hidup sehat.
4. Mitos: Menerima paket barang atau surat dari Tiongkok dapat tertular virus corona
Fakta: Para peneliti masih mempelajari bagaimana virus corona dapat menginfeksi manusia. Namun, para ilmuwan menduga bahwa sebagian besar virus tidak dapat tahan lama berada di permukaan apalagi di suhu yang panas.
Jadi, kemungkinan Anda tertular virus corona melalui barang atau surat dari Tiongkok yang melewati perjalanan berhari-hari, bahkan berminggu-minggu sangatlah rendah.
5. Mitos: Pemindai termal efektif dalam mendeteksi orang yang terinfeksi virus corona
Fakta: Pemindai termal efektif dalam mendeteksi orang-orang yang menderita demam, yakni memiliki suhu tubuh di atas normal, akibat terinfeksi dengan virus corona baru.
Akan tetapi, mereka tidak dapat mendeteksi orang yang terinfeksi, tetapi belum sakit demam. Pasalnya, ini dibutuhkan antara 2 dan 10 hari sebelum orang yang terinfeksi menjadi sakit dan mengalami demam.
6. Mitos: Makan bawang putih dapat mencegah infeksi COVID-19
Fakta: Bawang putih memang merupakan salah satu jenis bumbu dapur yang mengandung zat antimikroba di dalamnya. Namun, belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa bawang putih dapat mencegah infeksi COVID-19. Oleh karena itu, kabar tentang konsumsi bawang putih bisa melindungi tubuh dari coronavirus belum dapat terbukti benar.
7. Mitos: Antibiotik efektif dalam mencegah dan mengobati virus corona
Fakta: Antibiotik hanya dapat melawan bakteri, bukan virus. Sementara, COVID-19 merupakan salah satu jenis virus yang ada di dunia. Maka dari itu, antibiotik tidak dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati virus corona.
Meski demikian, jika ada pasien yang dirawat di rumah sakit akibat terinfeksi COVID-19 mungkin akan menerima antibiotik sebagai salah satu pengobatannya. Pasalnya, koinfeksi bakteri mungkin saja terjadi.
8. Mitos: Pakai masker dapat melindungi diri dari penularan virus corona secara efektif
Fakta: World Health Organization merekomendasikan orang-orang tanpa gejala gangguan pernapasan, seperti batuk dan bersin, tidak perlu menggunakan masker.
Sebaiknya, masker diutamakan bagi para pasien COVID-19 dan keluarga yang mengurus pasien, serta para tenaga medis yang merawat pasien.
Masker merupakan alat pelindung diri yang sangat penting bagi mereka. Pada orang yang dalam kondisi sehat, penggunaan masker perlu dibatasi agar persediaan masker di fasilitas kesehatan dan bagi orang-orang yang benar-benar membutuhkan, tidak menipis.
9. Mitos: Mesin pengering tangan dapat melawan virus corona
Fakta: Mesin pengering tangan tidak dapat melawan virus corona baru. Anda harus sering membersihkan tangan dengan alkohol atau mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Setelah tangan dibersihkan, Anda harus mengeringkannya menggunakan tisu atau pengering udara hangat.
10. Mitos: Menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh dapat membunuh virus corona
Fakta: Alkohol atau klorin tidak akan membunuh virus yang telah masuk ke dalam tubuh Anda. Sebaliknya, menyemprotkan zat-zat tersebut dapat berisiko membahayakan selaput lendir, seperti mata dan mulut.
Perlu diketahui bahwa penggunaan alkohol atau klorin bertujuan untuk mendisinfeksi permukaan. Selain itu, penggunaan kedua zat tersebut harus di bawah rekomendasi yang tepat.
11. Mitos: Vaksin pneumonia bisa melindungi diri dari penyebaran virus corona
Fakta: Vaksin pneumonia, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib) tidak dapat melindungi diri dari penyebaran virus corona baru. Jenis virus ini masih sangat baru dan berbeda sehingga dibutuhkan vaksin tersendiri untuk mengobatinya.
Hingga saat ini, para peneliti sedang mencoba mengembangkan vaksin corona. Walaupun vaksin pneumonia tidak efektif melawan COVID-19, vaksinasi terhadap jenis penyakit pernapasan sangat dianjurkan guna melindungi kesehatan Anda.
12. Mitos: Ada obat khusus yang bisa mencegah atau mengobati virus corona
Fakta: Sampai saat ini, belum ada obat khusus yang disarankan untuk mencegah atau mengobati virus corona baru. Bagi mereka yang terinfeksi COVID-19 harus menerima perawatan intensif yang tepat di rumah sakit guna meredakan dan mengobati gejala penyakit.
13. Mitos: Konsumsi minuman herbal yang terbuat dari temulawak, kunyit, dan lain sebagainya dapat mencegah penularan COVID-19
Fakta: Memang benar bahwa temulawak dan kunyit memiliki kandungan antivirus yang dapat membantu menangkal atau melawan virus yang menyerang tubuh. Kendati demikian, bukan berarti semua jenis virus, termasuk virus corona, dapat hilang dengan mengonsumsi temulawak dan kunyit.
Maka dari itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut guna mencegah penularan COVID-10 melalui konsumsi temulawak dan kunyit. Pasalnya, hingga saat ini belum ada vaksin khusus untuk mengobati kasus COVID-19.
#Source > https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/mengungkap-mitos-virus-corona-lewat-fakta-sebenarnya/amp
#Referensi >
World Health Organization. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/myth-busters
Diakses pada 3 Maret 2020
World Health Organization. https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses
Diakses pada 3 Maret 2020
World Health Organization. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/when-and-how-to-use-masks
Diakses pada 3 Maret 2020
Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/2019-novel-coronavirus-myth-versus-fact
Diakses pada 3 Maret 2020
Agar terhindar dari hoaks, ketahui mitos dan fakta mengenai virus corona berikut ini.
Check This Out :
1. Mitos: Virus corona sengaja dibuat oleh sekelompok orang untuk tujuan tertentu
Fakta: Virus sejatinya dapat berubah karakter seiring waktu. Terkadang, beberapa wabah penyakit banyak terjadi ketika virus yang berasal dari hewan, seperti burung, kelelawar, babi, ular, pindah ke manusia. Hal ini yang mungkin terjadi pula pada penyebaran virus corona.
2. Mitos: Hewan peliharaan dapat menularkan virus corona
Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing, dapat terinfeksi COVID-19. Kendati demikian, Anda dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun baik sebelum dan setelah melakukan kontak dengan hewan peliharaan.
Dengan ini, Anda dapat terhindar dari berbagai jenis bakteri umum, termasuk E.coli dan Salmonella yang mungkin berpindah dari hewan peliharaan ke manusia.
3. Mitos: Virus corona hanya menyerang lansia, bukan anak-anak muda
Fakta: Semua orang dari berbagai rentang usia sebenarnya dapat berisiko terinfeksi COVID-19. Akan tetapi, orang lanjut usia yang pertahanan tubuhnya sudah menurun dan orang-orang yang sebelumnya pernah mengalami kondisi medis, seperti asma, diabetes, penyakit jantung, tampaknya lebih rentan untuk menjadi sakit parah akibat virus.
World Health Organization menyarankan orang-orang dari segala usia untuk mengambil langkah-langkah guna melindungi diri dari virus, misalnya dengan meningkatkan pola hidup sehat.
4. Mitos: Menerima paket barang atau surat dari Tiongkok dapat tertular virus corona
Fakta: Para peneliti masih mempelajari bagaimana virus corona dapat menginfeksi manusia. Namun, para ilmuwan menduga bahwa sebagian besar virus tidak dapat tahan lama berada di permukaan apalagi di suhu yang panas.
Jadi, kemungkinan Anda tertular virus corona melalui barang atau surat dari Tiongkok yang melewati perjalanan berhari-hari, bahkan berminggu-minggu sangatlah rendah.
5. Mitos: Pemindai termal efektif dalam mendeteksi orang yang terinfeksi virus corona
Fakta: Pemindai termal efektif dalam mendeteksi orang-orang yang menderita demam, yakni memiliki suhu tubuh di atas normal, akibat terinfeksi dengan virus corona baru.
Akan tetapi, mereka tidak dapat mendeteksi orang yang terinfeksi, tetapi belum sakit demam. Pasalnya, ini dibutuhkan antara 2 dan 10 hari sebelum orang yang terinfeksi menjadi sakit dan mengalami demam.
6. Mitos: Makan bawang putih dapat mencegah infeksi COVID-19
Fakta: Bawang putih memang merupakan salah satu jenis bumbu dapur yang mengandung zat antimikroba di dalamnya. Namun, belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa bawang putih dapat mencegah infeksi COVID-19. Oleh karena itu, kabar tentang konsumsi bawang putih bisa melindungi tubuh dari coronavirus belum dapat terbukti benar.
7. Mitos: Antibiotik efektif dalam mencegah dan mengobati virus corona
Fakta: Antibiotik hanya dapat melawan bakteri, bukan virus. Sementara, COVID-19 merupakan salah satu jenis virus yang ada di dunia. Maka dari itu, antibiotik tidak dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati virus corona.
Meski demikian, jika ada pasien yang dirawat di rumah sakit akibat terinfeksi COVID-19 mungkin akan menerima antibiotik sebagai salah satu pengobatannya. Pasalnya, koinfeksi bakteri mungkin saja terjadi.
8. Mitos: Pakai masker dapat melindungi diri dari penularan virus corona secara efektif
Fakta: World Health Organization merekomendasikan orang-orang tanpa gejala gangguan pernapasan, seperti batuk dan bersin, tidak perlu menggunakan masker.
Sebaiknya, masker diutamakan bagi para pasien COVID-19 dan keluarga yang mengurus pasien, serta para tenaga medis yang merawat pasien.
Masker merupakan alat pelindung diri yang sangat penting bagi mereka. Pada orang yang dalam kondisi sehat, penggunaan masker perlu dibatasi agar persediaan masker di fasilitas kesehatan dan bagi orang-orang yang benar-benar membutuhkan, tidak menipis.
9. Mitos: Mesin pengering tangan dapat melawan virus corona
Fakta: Mesin pengering tangan tidak dapat melawan virus corona baru. Anda harus sering membersihkan tangan dengan alkohol atau mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Setelah tangan dibersihkan, Anda harus mengeringkannya menggunakan tisu atau pengering udara hangat.
10. Mitos: Menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh dapat membunuh virus corona
Fakta: Alkohol atau klorin tidak akan membunuh virus yang telah masuk ke dalam tubuh Anda. Sebaliknya, menyemprotkan zat-zat tersebut dapat berisiko membahayakan selaput lendir, seperti mata dan mulut.
Perlu diketahui bahwa penggunaan alkohol atau klorin bertujuan untuk mendisinfeksi permukaan. Selain itu, penggunaan kedua zat tersebut harus di bawah rekomendasi yang tepat.
11. Mitos: Vaksin pneumonia bisa melindungi diri dari penyebaran virus corona
Fakta: Vaksin pneumonia, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib) tidak dapat melindungi diri dari penyebaran virus corona baru. Jenis virus ini masih sangat baru dan berbeda sehingga dibutuhkan vaksin tersendiri untuk mengobatinya.
Hingga saat ini, para peneliti sedang mencoba mengembangkan vaksin corona. Walaupun vaksin pneumonia tidak efektif melawan COVID-19, vaksinasi terhadap jenis penyakit pernapasan sangat dianjurkan guna melindungi kesehatan Anda.
12. Mitos: Ada obat khusus yang bisa mencegah atau mengobati virus corona
Fakta: Sampai saat ini, belum ada obat khusus yang disarankan untuk mencegah atau mengobati virus corona baru. Bagi mereka yang terinfeksi COVID-19 harus menerima perawatan intensif yang tepat di rumah sakit guna meredakan dan mengobati gejala penyakit.
13. Mitos: Konsumsi minuman herbal yang terbuat dari temulawak, kunyit, dan lain sebagainya dapat mencegah penularan COVID-19
Fakta: Memang benar bahwa temulawak dan kunyit memiliki kandungan antivirus yang dapat membantu menangkal atau melawan virus yang menyerang tubuh. Kendati demikian, bukan berarti semua jenis virus, termasuk virus corona, dapat hilang dengan mengonsumsi temulawak dan kunyit.
Maka dari itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut guna mencegah penularan COVID-10 melalui konsumsi temulawak dan kunyit. Pasalnya, hingga saat ini belum ada vaksin khusus untuk mengobati kasus COVID-19.
#Source > https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/mengungkap-mitos-virus-corona-lewat-fakta-sebenarnya/amp
#Referensi >
World Health Organization. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/myth-busters
Diakses pada 3 Maret 2020
World Health Organization. https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses
Diakses pada 3 Maret 2020
World Health Organization. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/when-and-how-to-use-masks
Diakses pada 3 Maret 2020
Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/2019-novel-coronavirus-myth-versus-fact
Diakses pada 3 Maret 2020