Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Matematika Bukan Tolak Ukur Kepintaran


Setiap pasti semua manusia memiliki bakat dibidangnya masing-masing, entah itu dibidang seni, matematika, olahraga, dan hal lainnya. Begitupun di sekolah semua siswa memiliki bakatnya sendiri.

Maka dari itu siswa harus menemukan, mengoptimalkan setiap pelajaran di kelas ataupun  dalam kegitan luar sekolah, baik ekstrakulikuler dan non-ekstrakulikuler agar dapat menemukan bakatnya sendiri. Ataupun banyak guru yang sudah mengetahui bakat seorang siswa dengan melihat kegiatan sehari harinya, setelah ditemukan maka guru tersebut harus memberitahukan informasi kepada siswa tersebut agar dapat sama-sama membangun dan mengarahkan siswa tersebut sesuai dengan bakatnya.

Sebagai contoh, ada seorang siswa yang mempunyai bakat dalam musik tetapi nilainya selalu jelek dalam bidang matematika. Dalam hal ini banyak orang tua akan menambah jam belajarnya dengan diadakan program bimbingan pelajaran matematika untuk memperbaiki nilai matematika siswa tersebut. Tetapi seharusnya orang tua memberikan les musik tambahan agar dapat menunjang potensi anak tersebut, orang akan melakukan hal dengan baik jika dia menyukai hal tersebut. Well, jika kita dipaksa melakukan hal yang tidak kita sukai, kita akan terus merasa tertekan dan akhirnya stres karna terus dipaksa.

Ini semua karna mindset orang tua yang selalu menganggap anaknya pintar jika mendapatkan nilai yang tinggi dalam bidang matematika. Jadi, matematika menjadi tolak ukur atas kepintaran siswa. Ini sudah menjadi diskriminasi dalam hal sosial, kenapa saya menyebutnya diskriminasi ? Karena jelas ini menyebabkan kesenjangan sosial.

Padahal bukan hanya matematika yang membawa kita pada kesuksesan. Dalam dunia kerja kita tidak ditanya hal berapa nilai matematika kita saat di sekolah tetapi keterampilan apa yang bisa kita lakukan atau apa yang dapat kamu berikan dipekerjaan kamu nanti. Kecuali jika memang ingin menjadi ahli matematika.

Akan sangat disayangkan jika minat dan bakat siswa tidak dikembangkan sepenuhnya. Dan jangan mengukur tingkat kepintaran siswa dari hal matematika saja. Tetapi kepintaran dapat dilihat dari apa yang ia minati, ia sukai. Sudah pasti setiap orang punya bakatnya masing masing.

Dan juga argumen ini bukan untuk menjadi orang yang tidak memiliki bakat dibidang matematika pembenaran seolah-olah bangga dengan ketidakpintarannya. Setiap bakat punya potensinya masing-masing untuk sukses, saling menghargai dan jangan saling menghina.

Sekian.

REF :
Kompasiana.com/jangan-mengukur-kepintaran-siswa-dari-nilai-matematika

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet