Mengenal Sosok Panglima Perang Salahuddin Al-Ayyubi Sang Penakluk Yerusalem
Tahun 1192 pasukan muslim dalam perang salib menyerang tenda - tenda pasukan salib di luar benteng kota Jaffa, termasuk di dalamnya ada tenda Raja Inggris, Richard I. Raja Richard pun menyongsong serangan pasukan muslim dengan berjalan kaki bersama para prajuritnya. Perbadingan pasukan muslim dengan kristen adalah 4 : 1. Salahuddin Al Ayyubi yang melihat Richard I dalam kondisi seperti itu berkata kepada saudaranya, "Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah ambil kuda arab ini dan berikan kepadanya, seorang laki - laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki".
Fragmen di atas dicatat sebagai salah satu karakter yang pemurah dari Salahuddin Al Ayyubi, yups Salahuddin Al Ayyubi, kali ini aku mau bahas sesuatu tentang beliau tapi sebelumnya...
Hi, what's up? have a nice day ole y'all๐ฅ
Tau gak sih? Salahuddin Al Ayyubi atau dikenal juga dengan 'Saladdin' ini salah satu pahlawan besar dalam tarikh islam lho!
Salahuddin Al Ayyubi terlahir pada tahun 1137, beliau adalah keturunan dari keluarga suku Kurdi di kota Tikrit, Iraq. Masa kecil Salahuddin selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota keluarga yang memerintah Syiria, Nuruddin Zanki. Selain belajar Islam, seperti ilmu - ilmu Al Quran, nahwu (tata bahasa Arab), hadis dan adab (sastra), Salahuddin Al Ayyubi juga mendapatkan pelajaran kemiliteran dari pamannya (seorang panglima perang Turki Saljuk), Asaduddin Syirkuh.
Pada suatu Kesempatan, pada tahun 1150 M Dinasti Fatimiyah yang kala itu dipegang oleh Khalifa Az Zahir meminta kepada penguasa Syiria, Nuruddin Zanki untuk membantu melepaskan Mesir dari tentara Salib karena merasa kekuatan pasukannya tidak mampu lagi menahan serangan pasukan Salib. Atas permintaan tersebut, Nuruddin Zanki kemudian mengirimkan Asaduddin Syirkuh dan Salahuddin Al Ayyubi. Akhirnya, mereka berhasil mengalahkan pasulan Salib yang dipimpin oleh Amauri dan Mesir bisa terlepas dari ancaman tentara Salib. Karena hal itu, mereka berdua mendapat sambutan hangat dari Khalifa dan semua masyarakat Mesir. Atas jasa - jasanya tersebut Asaduddin Syirkuh kemudian diangkat oleh Khalifa Al Adid sebagai perdana menteri pada tahun 1169 M yang hanya berlangsung selama 2 bulan karena beliau meninggal dunia. Lalu kedudukan tersebut digantikan oleh Salahuddin Al Ayyubi yang mendapatkan gelar Al Malik An Nasir atau dalam bahasa Indonesia berarti 'penguasa yang bijaksana'.
Setelah Khalifah Al Adid meninggal dunia pada tahun 1174 M, Salahuddin Yusuf Al Ayyubi menyatakan kesetiaannya pada Dinasti Abbasiyah yaitu Al Mustadi. Peristiwa ini menandai berakhirnya Dinasti Fatimiyah di Mesir. Penguasa Mesir selanjutnya adalah Dinasti Ayyubiah dengan sultan pertamanya adalah 'Salahuddin Al Ayyubi'.
Oh iya, Salahuddin Al Ayyubi ini salah satu orang yang bisa kita ambil keteladanannya juga lho! mau tau? simak baik - baik ya :3
1. Sikap Wara'
Sikap Wara' itu apa sih? Secara bahasa ‘Wara‘ diambil dari kata wara’a-yari’u- wara’an artinya al-kaff (mencukupkan diri dari sesuatu) dan al-iffah (menahan diri dari sesuatu yang tidak sewajarnya). Dan sikap wara' yang dimiliki Salahuddin Al Ayyubi adalah hidup sederhana. Meskipun dirinya seorang sultan (raja), kehidupan yang dijalani beliau sangat sederhana. Bahkan akibat kesederhanaannya tersebut, Salahuddin tidak mampu membayar zakat karena hartanya tidak cukup nisabnya. Karena pada dasarnya kekuasaan dan memiliki banyak harta, itu semua adalah amanah - Nya. Dan semua hal yang berlebihan itu tidak baik nantinya.
2. Sikap Adil, Pemurah, Penyayang dan Lemah Lembut.
Salahuddin Al Ayyubi adalah pemimpin yang adil, rakyat secara langsung ataupun tidak langsung diperkenankan untuk mengadukan permasalahan - permasalahannya terutama yang menyangkut dengan penyelenggaraan pemerintahan. Keluhan - keluhan tersebut akan ditulis oleh juru tulis istana dan segera ditindaklanjuti oleh Salahuddin Al Ayyubi dalam hal ini ini Salahuddin tidak membeda-bedakan mana yang bangsawan, pribumi maupun rakyat biasa. Dari situ kita bisa mencontoh, banyak kasus dalam hal pertemanan, kita tidak usah membeda - bedakan teman karena suku, agama atau bakat apa yang dimilikinya, bertemanlah dengan siapa saja.
Selain adil, Salahuddin Al Ayyubi juga pemurah, dia akan menyedekahkan apa yang dimilikinya kepada fakir miskin atau orang yang memerlukan. Selain itu, kemurahan hatinya juga terbukti dengan mengirimkan buah - buahan kepada Raja Inggris, Richard I ketika sedang sakit. Richard Isalib' adalah salah seorang musuhnya dalam 'perang salib'.
Salahuddin juga memiliki hati yang lembut sehingga mudah tersentuh apabila melihat orang lain mengalami kesusahan dan kesedihan, meskipun berbeda keyakinan sekalipun. Dikisahkan, suatu hari ada seorang perempuan nasrani datang mengadu kehilangan bayinya. Perempuan itu menangis di depan Salahuddin sambil menceritakan bayinya telah hilang dicuri dari tempat tinggalnya. Mendengar cerita tersebut, hati Salahuddin tersentuh, beliau kemudian ikut menangis dan segera memerintahkan kepada para prajuritnya untuk mencari bayi itu, tak lama kemudian bayi itu ditemukan dan segera dikembalikan kepada perempuan nasrani tersebut. Kita bisa mencontoh juga dari kisah ini, menolong harus dengan ikhlas, tidak melihat dia berasal darimana mana, agamanya apa, ataupun latar belakang lainnya, jika ada yang membutuhkan bantuan, ya tolong saja lah.
Salahuddin juga memiliki sifat penyayang. Beliau sangat menyayangi anak - anak, terutama anak yatim. Bila menjumpai anak yatim, beliau akan memerintahkan agar ada orang yang mau menjadi orang tua asuh anak tersebut. Jika tidak ada yang berkenan, Salahuddin sendiri yang akan menjaga dan membersarkan anak yatim yang ditemuinya dengan kasih sayang layaknya anak sendiri.
Hebat sekali bukan? bagaimana pendapat kalian tentang beliau?
Oh iya mohon maaf jika ada kurangnya hehe ๐