Paulo Coelho, Penulis yang Membajak Bukunya Sendiri
Jadi, menurutmu, kira-kira apa yang akan dilakukan seorang penulis ketika mengetahui karyanya dibajak dan disebarluaskan demi kepentingan komersil bagi si pembajak?
Kebanyakan penulis pasti kesal, tidak terima. Ada yang mencela habis-habisan si pembajak dan orang-orang yang menikmati hasil bajakan ini, mempermalukan dengan menyebarkan identitasnya, bahkan sampai ada yang ‘mengajak’ untuk melakukan perundungan terhadap oknum-oknum yang terlibat. Sekrusial itu.
Alasannya sebenarnya dapat dipahami, karena aktivitas pembajakan ini sama sekali tidak memberikan benefit kepada si penulis asli. Ruginya doang yang didapat. Menurut mereka.
Meskipun ada pula yang santai saja karena menganggap bahwa pembajakan itu hal biasa, macam Paulo Coelho, bahkan sangat ‘mendukungnya’.
Padahal, bisa dibilang, aki-aki asal Brazil yang satu ini termasuk penulis yang sangat ‘besar’, salah satu karyanya; Sang Alkemis masuk dalam daftar 100 buku paling berpengaruh di dunia sepanjang masa versi Michael Hart. Penjualan bukunya juga sangat cepat, pernah mencapai satu juta copy hanya dalam waktu satu tahun. Padahal, waktu itu, buku-buku Coelho juga mulai muncul di situs buku bajakan, dan itu bukan hanya Sang Alkemis; melainkan juga diikuti buku-bukunya yang lain.
Yang membuat penerbit resmi Coelho, HarperCollins heran adalah; semakin banyak buku bajakan yang muncul, penjualan buku resmi bukannya menurun justru makin meningkat pesat.
Tetapi, karena penerbit ini khawatir pembajakan-pembajakan ini akan berdampak buruk bagi penjualan mereka di masa depan, dicarilah si oknum yang meng-upload buku-buku bajakan di situs-situs macam The Pirate Bay atau Bit Torrent. Dalam penyelidikan itu, ditemukan dalam salah satu versi buku bajakan, ada notes yang hanya dimiliki oleh Jan Friedman kepada Coelho.
Antara dua orang itu, ketemulah bahwa yang meng-upload semua buku-buku versi bajakan tersebut adalah Paulo Coelho sendiri. Bahkan sampai membuat situs web bernama Pirate Coelho, sebuah situs dimana kamu bisa men-download buku-bukunya dalam versi bajakan secara gratis.
Apakah itu berdampak buruk? O tentu tidak. Dalam versi bajakan, ada bagian-bagian yang diubah sedemikian hingga, yang meskipun tidak mengubah keseluruhan isinya, tapi tetep aja kurang lengkap jikalau kita tidak membaca versi resminya. Yang mana, perbedaan-perbedaan kecil yang beliau buat hanya bisa kita temukan ketika membaca kedua versi.
Dengan adanya informasi ini, tentu saja para pembaca bajakan kadangkala merasa penasaran dengan versi resminya. Jadi beli juga versi aslinya, hahaks.
Tetapi, sebenarnya, tujuan dari tindakan ini lebih kepada promosi alias mengenalkan diri, tahu sendiri lah manusia suka yang gratisan. Dengan semakin banyaknya yang kenal beliau (meskipun dengan baca karya bajakan), maka semakin tinggilah popularitas beliau. Semakin tinggi popularitas seorang penulis, maka semakin tinggi pula hasil penjualan buku-bukunya di masa depan.
Benar-benar brillian.
Satu-satunya yang jadi masalah baginya adalah undang-undang hak cipta yang mengharuskannya untuk mendapatkan izin dari penerjemahnya jika ia ingin berbagi salinan bukunya dalam bahasa lain.
Akan tetapi, karena hal ini, akan ada orang-orang yang berpikir, “Orang ini sangat baik, beliau telah memberikan karyanya secara gratis kepada orang-orang yang tak punya kesempatan membeli versi resminya. Kita yang punya kesempatan, hendaklah membantunya dengan membeli versi asli. Inilah hukum timbal balik.”
Itu sih saya, haha.
Memberikan kebaikan adalah cara termudah untuk mendapat lebih banyak cinta.Semoga harimu menyenangkan, cheers!
Adios.
P.s : Saya membagi ini bukan untuk membenarkan atau menyalahkan suatu hal ya. Hanya memberikan sudut pandang yang berbeda.
P.s.s : https://paulocoelhoblog.com/Blog resmi Coelho, saya tidak rela tidak membaginya kepada anda. Ada banyak tulisan bagus beliau di sana, hihi.
Translate bebas tweet;
Orang-orang menyebut ini edisi "bajakan". Bagiku, ini adalah kehormatan, sebuah cara jujur bagi anak muda ini untuk mendapakan uang.