Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

"Seni Bersikap Bodo Amat" Ala Oreki Hotarou Si Manusia Hemat Energi


Oreki Hotarou, adalah protagonist dari novel karya Yonezawa Honobu-sensei yang dinamai Kotenbu Series (〈古典部〉シリーズ , "Koten-bu" shirīzu) oleh para pembacanya dan telah memenangi banyak penghargaan bergengsi di Jepang. Novel ini sendiri telah mendapat adaptasi ke media lain seperti Manga, Live action, dan Anime, dengan judul buku pertamanya yaitu “Hyouka”. Moto paling fenomenal dari Oreki Hotarou adalah, “Jangan lakukan jika tidak ingin melakukannya. Jika memang harus, lakukanlah secepat mungkin.” 

Sedangkan kalimat “Seni bersikap bodo amat” saya ambil dari judul buku karya Mark Manson dengan judul bahasa Inggris “The subtle art of not giving a fxxck”. 

Lalu, apa hubungan kedua hal itu? Di sini saya ingin membahas tentang sikap, sifat, dan pemikiran dari karakter Oreki Hotarou yang sangat mendefinisikan buku milik Mark Manson tadi.

Dalam bukunya, Mark Manson menyebutkan untuk bersikap masa bodo terhadap sejumlah hal, dan bertanggung jawab kepada hal lainnya. Memilih prioritas.

𝐒𝐞𝐧𝐢 #𝟏: 𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐫𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐚𝐜𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐤 𝐚𝐜𝐮𝐡; 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐫𝐭𝐢 𝐧𝐲𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚. Hal 16.

𝘗𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯, 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪𝘬𝘢𝘯?𝘏𝘢𝘭 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩? 𝘋𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢? Tanya Mark Dalam bukunya.

Oreki menentukan apa yang penting baginya, dan bagi orang lain. Lalu menentukan apa yang tak penting baginya, dan juga bagi orang lain. Dia bukanya pemalas, bukannya bersikap bodo amat kepada segala hal, tapi dia menentukan prioritasnya.

Dalam Hyouka #1, Oreki dimintai tolong oleh Chitanda Eru—salah satu main character dalam series ini—untuk mengungkap misteri klub sastra 45 tahun lalu. Awalnya Oreki menolak, karena baginya, itu hanyalah keinginan egois dari Chitanda Eru yang penasaran akan misteri 45 tahun lalu. Akan tetapi, setelah mengetahui kalau keinginan Chitanda itu merupakan hal yang sangat penting bagi Chitanda, ia mengubah pemikirannya. 

Oreki bersedia membantu Chitanda. Karena, dia tahu, permintaan itu bukanlah keegoisan dari Chitanda yang ingin memanfaatkan dirinya. Itu adalah keinginan terdalam Chitanda, yang berarti prioritas Chitanda. Bahkan dijelaskan, kalau Chitanda Eru mengalami konflik batin hanya untuk meminta pertolongan Oreki. 

Adalah jahat jika Oreki menolak permintaan itu hanya karena rasa malasnya, hanya karena sifat acuh tak acuhnya. Maka dari itu, pada akhirnya Oreki menerima permintaan itu.

Ah, maaf berbelit dan terkesan tidak nyambung. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah cara 𝗠𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗵 𝗽𝗿𝗶𝗼𝗿𝗶𝘁𝗮𝘀 𝗸𝗲𝗽𝗲𝗱𝘂𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗸𝗶𝘁𝗮.

𝗕𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗶𝗸𝗮𝗽 𝗯𝗼𝗱𝗼 𝗮𝗺𝗮𝘁 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝘀𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮 𝗵𝗮𝗹, 𝗻𝗮𝗺𝘂𝗻 𝗺𝗲𝗺𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗽𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝗴.

Di sini saya akan mengambil contoh: saya memiliki uang Rp.52.000,00 untuk saya membeli kuota internet. Namun ketika dalam perjalanan ke konter, sandal saya putus. Saya bimbang. Apakah saya harus membeli kuota, atau membeli sandal terlebih dahulu.

Di sinilah saya diuji memilih prioritas saya. Saya harus membeli kuota dahulu, atau sanda dahulu.

Saya memikirkannya dalam-dalam. Jika saya membeli kuota terlebih dahulu, itu berarti saya harus nyeker (tidak mengenakan alas kaki untuk sementara). Jika saya membeli sanda terlebih dahulu, saya harus menunda membeli kuota saya.

Apa akibat dari saya membeli kuota dahulu?
Jawabannya: saya harus nyeker selama perjalanan ke konter sampai pulang. Setelah pulang, saya mungkin saja bisa membetulkan ulang sandal saya yang putus tadi. Jadi akibatnya hanya sementara, yaitu saya harus menahan malu dan panas kaki ketika perjalanan pulang.

Lalu, apa akibatnya jika saya membeli sandal terlebih dahulu, dan menunda membeli kuota internet?
Jawabannya: Saya tidak bisa bekerja. Saya adalah karyawan suatu studio kecil yang saat ini sedang bekerja di rumah (work from home). Jika saya tidak membeli kuota internet, saya tidak bisa bekerja. Jika saya tidak bisa bekerja, bisa-bisa saya dipecat oleh bos. Benar-benar akibat yang fatal.

Jadi, kalian sudah tahu, kan, pilihan mana yang saya pilih? Saya tetap membeli kuota internet, dan menahan malu karena harus nyeker ketika perjalanan pulang. 

Malu itu sementara. Tidak perlu saya pikirkan terlalu dalam. Biar lah. Prioritas saya bukan ke sana. Saya harus memprioritaskan pekerjaan saya dari pada rasa malu saya yang sementara ini, pikir saya.

*

Kembali lagi ke Oreki Hotarou. Sama seperti Oreki, saya memprioritaskan apa yang penting bagi saya. Apa yang berdampak besar bagi kehidupan saya.

Mungkin, jika Oreki menolak permintaan Chitanda waktu itu, mereka tidak akan berteman baik lagi. Chitanda akan menganggap Oreki orang yang bebal dan egois yang mementingkan rasa malasnya. Sedangkan Oreki tetap menganggap Chitanda tetap gadis yang mementingkan ego rasa penasarannya. 

Antologi klub sastra berjudul Hyouka tidak akan dibuat. Chitanda akan terus hidup dalam bayang-bayang rasa penasarannya tentang misteri klub sastra 45 tahun lalu. Dan banyak akibat lainnya.

Sama seperti saya pada contoh di atas, jika saya mementingkan rasa malu saya, mungkin saja saya nantinya tidak akan makan selama 1 bulan. Lol.

Note* tadi hanya contoh, bukan kejadian asli, background saya juga bukan karyawan studio, kok, hanya pelajar.

Jadi, apa kalian mengerti apa yang ingin saya sampaikan? Tidak? Jika tidak, saya ingin meminta maaf karena memberi penjelasan yang berbelit. Di sini saya hanya ingin mengingatkan lagi kepada kita semua untuk memikirkan lagi prioritas kita. 

Saat ini sendiri, banyak sekali orang-orang yang salah memilih prioritasnya. Anak SD, SMP, SMA/SMK sekarang lebih mementingkan tier dalam game mereka, dan melalaikan kewajiban mereka sebagai pelajar. Saya memaklumi jika mereka memang serius dalam hal itu. Mereka mengikuti turnamen dan memenangkan penghargaan, dll. Tapi, apa? Lihat saja. Ketika mereka ditanya tentang masa depan dan cita-cita, mereka akan menjawab, “Pengen jadi karyawan kantor!” atau, “Pengen jadi guru/sejenisnya!” atau yang paling sederhana, “Pengen masuk kuliah dulu aja....”

Serius, bro? Pikirku. Lu ingin masuk kuliah, jadi karyawan, guru, dll, hanya modal main game, yang belum tentu lu jago dalam game itu? Hadeh. Mereka bersikap bodo amat pada pelajaran yang sebenarnya penting untuk masa depan mereka. 

Ya, jadi intinya. Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk sekali lagi memikirkan prioritas kita. Lihatlah dampak dari suatu hal dalam jangka panjang. Lihatlah dampak mana yang tidak terlalu buruk dan mana yang jauh ebih buruk. 𝗞𝗲𝗺𝘂𝗱𝗶𝗮𝗻, 𝗽𝘂𝘁𝘂𝘀𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗿𝗶𝗼𝗿𝗶𝘁𝗮𝘀𝗺𝘂!

𝐒𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐎𝐫𝐞𝐤𝐢 𝐇𝐨𝐭𝐚𝐫𝐨𝐮, 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐌𝐚𝐫𝐤 𝐌𝐚𝐧𝐬𝐨𝐧. 

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐛𝐨𝐝𝐨 𝐚𝐦𝐚𝐭, 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐬, 𝐡𝐞𝐦𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐧𝐚𝐠𝐚, 𝐢𝐭𝐮 𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐢𝐧𝐲𝐚. 𝐈𝐧𝐠𝐚𝐭𝐥𝐚𝐡 𝐢𝐭𝐮.

Sekian, Terima Kasih!

Source:
1) Hyouka Books #1
2) Hyouka Anime
3) The Subtle Art Of Not Giving A Fxxck

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet