Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apakah Kita Oversharing? Yuk Kenali Ciri Cirinya


Berbicara oversharing, ada banyak pendapat orang dalam menilai oversharing itu baik atau buruk. Ada orang yg mengkritik orang yg oversharing dan dibalas "iri bilang boss" "Halah, ini kan hak masing masing, paling cuman julid karena ga mampu" (pro oversharing).
Sebenernya bener bahwa nge-share sesuatu itu adalah hak masing masing. Karena yang punya akun kan mereka.

Ada juga yg kontra oversharing yg bilang
"Kami gak iri, tapi posting terus-terusan itu norak". Tapi, ada juga pendapat yang menarik. Gini isinya "Menurut saya, terkadang ada hal yang hanya cukup dirasakan, bukan disebarkan. Harus bisa membedakan mana yang harus disimpan dan mana yang bisa di share. Ranah pribadi vs ranah publik". Ini paling logis menurut saya.

Jadi, Apa Itu Oversharing?

Jadi oversharing adalah suatu kondisi dimana kita share apapun yang ada di hidup kita, dimana kita udah gak bisa rasional lagi ngebedain mana yang privacy mana yang engga, kaya apapun di share, screen shot ke-uwu-an di share, makan pagi-siang-sore di share, sampe persiapan malam pertama aja di share (untung gak ada yang reply minta link). Yang awalnya keliatan menarik, tapi karena terlalu oversharing akhirnya jadi cringe kaya tulisan saya misalnya.

Sebenarnya mereka yang oversharing bukan gak tau gimana cara nge keep privacy, tapi mereka-nya aja yang emang milih buat gak nge keep privacy. Istilahnya itu “the online disinhibition effect” atau ketiadaan batasan saat seseorang berkomunikasi secara online, dibandingkan dengan komunikasi langsung.

Alasan Kenapa Melakukan Oversharing

Kalau kata Mba Jennifer Golbeck Ph. D. (Professor at The University of Maryland), ada beberapa alasan kenapa orang ngelakuin oversharing ini. Here we go.

1. Anonymity (Keadaan Tanpa Nama)
Di sosial media banyak sekali orang yang pake akun yang gak sesuai dengan nama aslinya, jadi orang orang itu lebih suka pake nama samaran. Intinya user-namenya unik-unik. Karena pake username yang gak sesuai nama asli, mereka mulai memisahkan personal online sama offline-nya.

2. Invisibility (Tidak Kelihatan)
Karena online yg artinya ga ketemu face to face sama orang lain, orang bakal ngerasa lebih secure atau aman. Walaupun identitas aslinya dikenal,lebih mudah untuk mengatakan sesuatu dari belakang keyboard saat orang lain tidak melihat wajah aslinya. 

3. It's Not Real (Tidak Nyata)
Internet itu kaya tempat yang terpisah sama kehidupan nyata, banyak karakternya (tapi bukan orang-orang asli). kalau kita ngerasa kita gak lagi berinteraksi di suatu tempat yang real dimana ada implikasi dari share-an kita, hal itu dapat menuntun kita untuk menghilangkan hambatan tentang apa yang akan kita bagikan.Ada kebebasan.

4. Lack Of Authority (Kurangnya Otoritas)
Kalau kita ngomong sama otoritas secara offline, kita mungkin bakal bijak dan milih mau apa yang di omongin, sama mana yang gak perlu. Kaya kalau ketemu boss di kerja misalkan, kita bakal lebih banyak nge keep private lives/kehidupan pribadi (eh ternyata boss nya berteman sosmed dengan kamu dan suka liatin story kalau kamu suka nge ghibahin bos. Dipecat Jalur Undangan ini namanya). 

Kalau online? tidak ada. Yang ngasih batasan hanya diri kamu sendiri. Jika seseorang tidak melihat otoritas pada orang lain, mereka mungkin kehilangan hambatan tentang apa yang mereka bagikan.

Itu tadi alesan kenapa orang oversharing di social media. Terus nanya, saya tipe yang oversharing ga ya selama ini? Nah college times ngasih tau kita ada beberapa tipe oversharers di social media. 

Tipe Oversharers

1. The Sympathy Seeker (Pencari Simpati)
Tipe ini biasanya adalah cewek yg jadi korban para fakboi, kamu lagi berantem sama doi, atau kamu lagi sakit hati gegara diputusin. Terus karena lagi gak rasional, kamu posting rasa sakit hati itu. Weeh ini mah mangsa para krokodile, siap-siap aja di DM "ukhti, sepertinya sedang sakit hati. Ada apa kah?" atau "sini sini cerita, ada masalah apa. Emang dia mah gitu orangnya".

Pokoknya rule-nya, sesakit hati apapun, jangan pernah post itu di medsos. It doesn’t solve your problem at all -Itu tidak menyelesaikan masalah-mu sama sekali.

2. The Selfie Queen (Ratu Selfie)
Ini yang sebanyak mungkin posting foto-foto selfie nya. Awalnya mungkin kita seneng liatnya, apalagi glowing. Tapi lama kelamaan, kok ini orang kenapa upload terus gitu,mulai dari foto challenge, foto deket kulkas, foto belakang background koran, sampe foto di kamar mandi. Saya masih gak paham kenapa banyak cewek suka gitu( bukan mau menyinggung).Tapi terlalu banyak ngeshare seperti itu akan membuat orang menjauh.

3. The Serial Tagger
Ini bukan serial killer ya, tapi serial tagger. Maksudnya? Semisal kamu dan teman kamu habis jalan-jalan ke suatu tempat, lalu disana kalian berphoto ria. Sampai di rumah, kamu mutusin buat nge-upload photo kamu dan teman kamu yg tadi, lalu tanpa izin kamu nge tag/tandain temen kamu di post karena ngerasa relevan sama mereka? masih mending yang di tag nya itu foto yang dia juga lagi bagus, ini cuman kamu yg bagus dan teman kamu yg posenya lagi asal asalan. Biasanya teman kita akan auto hide from profile atau ngehapus tanda.

Kalau kamu masuk tipe ini yg keseringan tag mereka, kamu juga termasuk orang yg oversharing. Jadi mending jangan tag sampe mereka minta "Tag dong" atau paling ngak didiskusiin aja dulu.

4. The Profile Changer
Ini yang ganti-ganti mulu foto profilnya (ini saya di FB hhe). Hampir tiap waktu ganti-ganti terus. Ada yang bagus dikit, ganti, bagus dikit ganti. Langsung otw ke FB buat hapus-hapusin foto profil.

5. The Dear Diary
Kamu tipe yang suka posting apa apa yang menarik? keliatan biasanya yang di storynya nya itu titik-titik panjang. Story makanan, story jalan, sampe story orang lagi pacaran juga distory-in.Saran saya Kalau ada yang menarik, mending dibatasin aja.Kasian yang ga ngerasain.

6. The Constagramar
Kamu tipe yang terus posting foto yang di filter di IG?  terus nge feed followers kamu dengan foto-foto item putih kaya foto starbucks latte hitam putih. Sebenernya itu bagus,tapi next time, mending nikmati minumannya aja langsung tanpa harus posting itu.

7. The Rent-A-Cause
Ini tipe pen-debat.Yang ada apa apa ikut komentar, terus ngasih tanggepan apalagi isu isu terkini. Sebenarnya tipe ini adalah tipe yang pengen di denger tapi percayalah, pas dia lagi share pendapatnya itu gak ngebuat tipe ini lebih menarik sama sekali. Yang ada makin kesal, apalagi kalau dah urusan politik dan ngehujat sini situ.Kalau kamu tipe ini,cobalah mulai untuk gak harus selalu ikut berkomentar (apalagi online), sedikit diam dan menyimak jauh lebih bermanfaat.

9. The Family Poster
Ini opini pribadi penulisnya sebenernya, bisa setuju atau engga. Kamu tipe yang suka upload keluarga kamu? anak, pasangan kamu, atau saudara kamu? nah ini tipe yang terus upload-upload an terus foto mereka. Sebenernya bagus sih kalau akhirnya kaya bu Retno Hening atau Baby Moonela misalkan. Tapi kadang emang sedih kalau udah upload yang kehamilan misalnya, terus upload progress kelahiran, di waktu yang sama mungkin followers nya ada yang lagi berjuang buat hamil kan, pasti sedih ngeliat itu.

10. Mr Popular
Temen FB atau followers kamu ribuan? kemungkinan kamu gak kenal sama mereka tapi kamu suka dengan mereka soalnya ngebuat kamu diakui sebagai orang popular. Jangan salah paham, medsos bisa jadi bagus kalau dipake bijaksana, tapi bakal jadi ngeganggu kalau disalahgunakan buat nyari perhatian. Kadang saya suka liat komentar bocil-bocil mesum di pos orang, mereka suka komen “tocil” atau apalah yang sexual harrasment. Saya kadang nanya, gak insecure apa ya liat komentar kaya begitu. Dah lah

Tujuan sebenarnya postingan ini adalah sebagai pengingat buat kita semua, semoga setelah ini kita bisa lebih evaluasi diri lagi, lebih bijak lagi di medsos. Pilihan Iri Bilang Boss atau Norak Norak saya kembalikan ke temen-temen. Tapi ada satu hal yang perlu dicatat, usahain kita gak ninggalin komentar jahat apapun di sosial media siapapun.

Inget kata Mark Manson di buku The Subtle Art of Not Giving A F*ck, kita cuman punya dua tangan. Kita gak bisa menutup mulut orang-orang. Yang kita bisa itu menutup telinga kita. Nah kalau kata saya,kita gak bisa menghentikan tangan orang-orang buat gak komen, yang bisa kita lakuin menggunakan kedua tangan itu lebih bijak dalam share apapun di media sosial. Dan oke segitu aja, tetap rasional and thanks for having a beautiful mind.

Sc: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/your-online-secrets/201410/why-we-overshare-online?amp

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet