Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keajaiban Ekonomi Jepang; Bagaimana Jepang bangkit dari kehancuran


Kekalahan Imperium Jepang pada perang dunia kedua membuat keadaan ekonomi negara tersebut berantakan. Hancurnya aset-aset nasional yang berharga karena perang dan tingginya tingkat pengangguran merupakan salah satu sebab dari lumpuhnya ekonomi Jepang. Dihapusnya tentara imperial Jepang dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan militer menyebabkan lebih dari 13 juta orang menganggur kala itu. Kerugian akibat bombardir yang dilakukan sekutu selama perang dan hancurnya dua kota penting Jepang akibat bom atom juga membuat mereka semakin terpuruk.

Tidak hanya itu, inflasi yang terjadi juga tidak kalah merepotkan. Ini disebabkan masih adanya biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan militer, termasuk tunjangan para tentara yang dinonaktifkan, kompenasasi korban perang, pembayaran untuk barang militer yang sudah jadi dan masih banyak lagi.

Kedua masalah ini tentunya membuat Jepang tak berdaya kala itu, ekonomi Jepang bisa dibilang sudah diambang kehancuran.
Lalu, bagaimana Jepang bisa bangkit dan menjadi raksasa ekonomi Asia? Mari kita bahas satu persatu.

Reformasi

Langkah awal yang dilakukan Amerika saat menduduki Jepang adalah demiliterisasi—seluruh kekuatan militer Jepang dinonaktifkan dan hanya boleh bergantung pada Amerika. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membangkitkan ekonomi Jepang, dengan berkurangnya anggaran militer, pemerintah Jepang dapat berfokus ke bidang lain.

Setelah itu, Amerika melalui SCAP (Supreme Commander for the Allied Powers) membentuk setidaknya tiga reformasi bagi Jepang, yaitu penghilangan zaibatsu (kumpulan konglomerat), reformasi tanah, dan demokratisasi pekerja. 

Kita dapat mulai dari penghilangan zaibatsu, sebelum 1945 kehadiran zaibatsu merupakan salah satu alasan dari kemajuan ekonomi Jepang, bahkan dalam perang dunia kedua salah satu raksasa zaibatsu yaitu Mitsubishi berperan penting dalam memasok peralatan perang. Namun, Amerika merasa zaibatsu ini terlalu memonopoli pasar. Amerika memutuskan untuk menghilangkan zaibatsu ini dan membuka pasar sebesar-besarnya untuk publik, sehingga bisnis-bisnis kecil dapat bersaing.

Selanjutnya adalah reformasi tanah. Sebelum 1945, sekitar 2/3 tanah pertanian di Jepang dimiliki oleh kalangan tuan tanah dan petani hanya menyewa lahan itu untuk diolah. Sistem yang feudalistik ini dihilangkan dengan membagikan tanah-tanah tersebut kepada para petani secara langsung. Dengan adanya reformasi tanah ini diharapkan petani dapat menanam tanpa harus memikirkan uang sewa dan sistem sosial yang menempatkan tuan tanah sebagai kelas atas pun dapat hilang.

Reformasi terakhir yang dilakukan Amerika dalam rangka demokratisasi Jepang ialah memberikan pekerja hak untuk berserikat. Sekitar 1948-1949 proporsi pekerja yang terafiliasi dengan serikat mencapai 60%. Dengan adanya serikat pekerja maka permasalahan rendahnya gaji dan buruknya lingkungan kerja dapat direduksi. Gaji yang lebih tinggi juga berpengaruh ke tingkat konsumsi masyarakat yang semakin meningkat.

Dodge Plan 1948

Joseph Dodge seorang presiden dari Detroit Bank dikirim oleh Washington untuk memulihkan ekonomi Jepang. Paket kebijakan yang ditawarkan Dodge kurang lebih mencakup lima hal
  • Hentikan pinjaman
  • Hilangkan semua subsidi dan naikan biaya utilitas
  • Peningkatan efektivitas pajak dan potong pengeluaran
  • Kurangi intervensi pemerintah
  • Menetapkan nilai tukar menjadi 360 yen per 1 dolar AS.
Semua paket kebijakan yang dilakukan Dodge sangat efektif untuk memberhentikan laju inflasi. Namun, perubahan yang drastis ini menyebabkan kejutan bagi ekonomi Jepang. Aktivitas ekonomi menurun dan Jepang hampir terjebak jurang resesi. Dodge Plan ini berhasil membuat Jepang selangkah lebih maju menuju perekonomian yang lebih bebas, walaupun masih ada sedikit campur tangan dari pemerintah.

Perang Korea

Seperti yang dijelaskan di atas, awal mula Dodge Plan diimplementasikan, ekonomi Jepang hampir mengalami resesi serius karena perubahan kebijakan yang drastis. Resesi yang terjadi dikarenakan Dodge Plan ini dapat ditangani saat pecahnya Perang Korea. Bisa dibilang Perang Korea membawa “Berkah” tersendiri bagi Jepang.

Perang Korea yang membelah Korea menjadi dua itu bisa dibilang sebagai titik balik pulihnya ekonomi Jepang. Tentara Amerika yang berada di semenanjung Korea mengandalkan pasokan kebutuhan dari Jepang kala itu. Hal ini berdampak pada meningkatnya produksi barang-barang ekspor yang turut meningkatkan ekonomi Jepang. Nilai tukar yang relatif tetap karena Dodge Plan juga turut memompa ekonomi Jepang. Total pendapatan Jepang dari tentara Amerika di Korea sekitar $590 juta di 1951 dan $800 juta di tahun 1952 dan 1953. 

Politik dan Sumber Daya Manusia
Tidak hanya sampai situ, kesuksesan Jepang juga dipengaruhi oleh keunikan karakteristik dari orang Jepang. Keunikan tersebut merupakan salah satu faktor kesuksesan mereka dalam membangkitkan ekonominya, mereka dapat meningkatkan skill yang mereka pelajari dari negara Barat dan mengimplementasikannya pada sistem mereka sendiri. Salah satu contohnya adalah mereka dapat membuat teknologi “Low-cost mass production system” yang mereka hasilkan dari kombinasi antara teknologi impor dengan kebutuhan lokal.

Selain itu kebijakan politik dari Perdana Menteri Hayato Ikeda yang mencanangkan “Double Income Plan” yang meningkatkan pendapatan para pekerja dan meningkatkan kualitas hidupnya. Rencana yang tadinya ditargetkan dalam sepuluh tahun dapat tercapai dalam kurun waktu tujuh sampai delapan tahun. Terhitung sejak 1966-1970 pertumbuhan ekonomi Jepang selalu lebih dari 10%. Hingga puncaknya tahun 1968, Jepang menjadi raksasa ekonomi dunia di bawah Amerika Serikat.

Daftar Pustaka:
Ohno, Kenichi. 2018. The History of Japanese Economic Development: Origins of Private Dynamism and Policy Competence. New York: Routledge.
Takada, Masahiro. 1999. “Japan’s Economic Miracle: Underlying Factors and Strategies for the Growth.” Lehigh University 1-18.

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet