Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Boleh Nggak Sih Nyerah?


Aku tidak akan menjabarkan apapun, tidak akan menyebutkan masalah apa saja yang sedang ku alami dan juga kau alami. Tetapi aku tahu, kau sedang ada masalah.

Masalah yang di waktu-waktu tertentu akan membuatmu merasa lelah dan membuatmu ingin pergi ke tempat dimana tak seorangpun mengenalimu lagi, seolah dengan pergi masalah juga tak akan ikut menghampiri. Tak ada yang salah dengan itu, sungguh.

Yang salah adalah ketika tujuan pergimu adalah mati, meninggalkan masalah seperti pengecut yang dipecundangi kehidupan. Menyedihkan.

Pun tak ada yang salah dengan perasaan muak, perasaan lelah, atau perasaan ingin menyerah atas segala kecemasan, kedepresian, kestresan, atau segala gesah-gesah yang rasanya sulit sekali untuk dihindarkan.

Yang salah adalah ketika perwujudan atas rasa muak itu mulai menjerumus pada self harm dan hal-hal tidak bermoral untuk mendapat perhatian.

Self harm, penyiksaan terhadap diri sendiri, adalah hal terbodoh yang pernah tercatat dalam sejarah bobrok peradaban manusia. Kehendak cacat, jiwa-jiwa lemah, tak beradab! Masalah datang jauh lebih besar saat manusia tak lagi mampu mempercayai dirinya dalam penyelesaian masalah, saat manusia mulai merasa dirinya adalah pelampiasan terbaik dalam setiap perkara.

Padahal, cinta, dirimu adalah anugrah terbaik yang diberikan kepadamu. Sebuah karunia yang diciptakan untuk menjadi tangguh dan siap dalam menghadapi segala kemalangan.

Jikalau dengan patahnya hatimu kamu merasa pantas untuk mematahkan tulang lenganmu, maka kamu sudah melakukan kesalahan yang jauh lebih besar dari sekadar hidup; menyia-nyiakan seinchi bagian yang banyak orang bermimpi untuk memilikinya.

Kemudian, daripada hal-hal yang remeh-temeh semacam penyiksaan diri sendiri secara sederhana, banyak pula yang berpikir bahwa lebih baik menyelesaikan perasaan muak itu dengan kematian yang singkat dan cepat. Gantung diri, selesai.

Tidak!

Kamu tidak boleh seperti itu. Di akhirat tidak ada cilok. Tidak ada asupan meme fresh dari warga negara sebelah atau sekadar shitpost dari kawan dekatmu. Mati bisa saja membawa pergi masalah, tapi mati juga meninggalkan kesenangan-kesenangan yang tidak akan kamu temukan di tempat lain selain di bumi dimensi ini.

Lebih baik rasa ingin menyerahmu kamu lampiaskan dengan membunuh dompetmu, makan cilok satu karung, makan seblak (yang aku tak tahu seblak itu seperti apa😭😭) banyak-banyak, atau cuma sekadar makan indomie tiga porsi tambah telur bebek, mantap.

Jadikan rasa ingin menyerah itu sebagai alasan, seolah kamu akan mati besok, tapi tidak mati betulan, jadi kamu tidak akan takut untuk memuaskan dirimu sendiri dengan makan-makan atau jalan-jalan cantik.

Jikalau si rasa ingin menyerah tidak juga mau pergi, tetapi si anxiety justru semakin gencar datang mendempeti, biarkan. Ambil laptopmu, tulis semua kecemasanmu. Jadikan ia fiksi paling menakjubkan yang dapat dibayangkan oleh semua orang yang hidup di muka bumi.

Atau yang datang setelah makan justru si depresi? Abaikan saja. Ambil kunci motormu, berkendara di jalanan sepi dengan kecepatan tidak terdefinisi dan temukan pantai pribadimu. Berteriak sekeras mungkin dan lepaskan semua kesedihanmu.

Jikalau tidak bisa juga. Seduh kopi, ambil gitar. Mari menikmati kesedihan sebelum besok bergelung kembali bersama sang penyebab rasa tertekan.

Rasa ingin menyerah itu biasa, semua orang mengalaminya. Kamu bisa menyalurkannya, tapi jangan dengan menyiksa diri, apalagi sampai mati. Kamu itu berharga. Sama seperti semua.

Stay strong!

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet