Telepon Umum Dengan Segala Kisahnya Yang Tinggal Kenangan
Zaman dulu, tepatnya di tahun 90-an hingga akhir 2000-an adalah zaman kejayaan telepon koin. Telepon yang terletak di tempat strategis di pinggir jalan itu selalu ramai setiap harinya, bahkan ada yang sampai antri untuk menggunakannya. Tapi apa kabarnya kini?
Dulu, untuk melakukan komunikasi lokal cukup dengan telepon koin. Karena saking pentingnya telepon itu, ada jam-jam tertentu dimana pengunjung yang datang ramai. Misalnya saat malam minggu, waktu yang ramai digunakan oleh para remaja.
Kadang ada yang mengakalinya, koin yang dipakai menelepon dilubangi dan diikat dengan benang. Jadi koin bisa digunakan berkali-kali dan bisa ditarik kembali.
Masih teringat dalam ingatan kita, saat kemajuan gadget tidak secanggih sekarang, telepon umum koin ini adalah sarana komunikasi idaman.
Saat kita menelepon pacar kita untuk malam mingguan. Kita perlu mempersiapkan uang koin seratus lebih dari 1, karena takut jika kita menghubungi dan uang koin habis maka suara denging “tulalit” akan muncul. Malu rasanya jika ketahuan pacar bahwa kita telepon dari telepon umum. Biasanya pacar kita akan bicara “mas, koinnya habis yah?” atau “teleponnya dari telepon umum ya?”
Tetapi, kita merasakan bahwa hubungan komunikasi saat itu sangat berharga sekali. Karena jika kita menelepon melalui Wartel biayanya agak lumayan mahal.
Oleh sebab itu, telepon umum koin merupakan sarana yang murah untuk dilakukan. Kadang jika kita marah-marah sama teman atau pacar kita yang diajak ngobrol, kita tidak segan-segan membanting gagang telepon umum tersebut dengan keras.
Tapi itu hanyalah masa lalu, kini keberadaan telepon koin sudah ditelan oleh zaman. Beberapa telepon itu hingga saat ini masih ada yang berada di pinggir jalan dengan kondisi fisik masih utuh, namun tak berfungsi. Dan ada juga yang disimpan oleh para kolektor.
Telepon umum koin kini hanya tinggal penghias di tepi jalan raya, pusat perbelanjaan atau tempat penting lainnya. Keadaan pun beragam. Ada yang beruntung masih dalam keadaan utuh seperti yang ada dalam gambar di atas. Tetapi ada yang kondisinya mengerikan, gagang lepas, penuh dengan coretan warna-warni, berselimut debu atau kotoran dan lain-lain.
Kemajuan teknologi membuat telepon koin ditinggalkan. Apa yang terjadi di Indonesia, sebenarnya tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Inggris, khususnya di kota London. Di kota itu boks telepon merah yang amat terkenal juga perlahan mulai tersingkir. Dan kini boks telepon merah itu hanya dipakai untuk foto wisata bagi para turis saja.
Tapi bagusnya, di sana (Inggris) teleponnya masih tetap berfungsi. Jadi, jika ada keadaan darurat, telepon umum yang dipakai. Dan yang jelas di sana tak ada tangan jahil yang iseng-iseng mengorek lubang telepon koin.
Nah, sepertinya di Indonesia telepon koin mungkin harus tetap aktif. Paling tidak kalau terjadi keadaan darurat maka telepon umum bisa digunakan. Dan semoga saja, tak ada tangan jahil yang iseng merusak fasilitas telepon umum itu.
Perkembangan teknologi komunikasi memang kejam. Telepon umum koin kini hanya jadi saksi bisu. Mungkin jika mereka bisa bicara kepada kita, mereka ingin mengatakan, “Hai manusia, pernahkan kalian ingat bahwa gara-gara saya hubungan kalian dengan pacar menjadi indah, hubungan kalian dengan saudara begitu erat dan gara-gara saya kalian mendapatkan jodoh karena salah ketik angka dan masih banyak lagi yang indah buat kalian.
Tetapi, gara-gara kalian punya gadget canggih, kondisi saya sekarang merana dan tidak diperlakukan dengan adil. Teganya dirimu, teganya ..teganya …teganya …”.
Oh, telepon umum koin. Kini dirimu tidak dianggap lagi. Karena dirimu sudah tidak berguna. Dirimu telah mati bersama ragamu. Berbaringlah dengan damai. Dan jadilah saksi bisu atas kemajuan teknologi komunikasi yang tiada batas. Suatu waktu, dirimu akan menjadi barang antik yang harganya selangit. Hanya waktu yang akan menjawab.
Sumber:
https://www.google.co.in/amp/s/www.kompasiana.com/amp/casmudi/telepon-umum-koin-riwayatmu-kini_56a4977144afbdff0783d6d7
https://m.detik.com/news/berita/d-2448602/apa-kabar-telepon-umum-koin-sekarang-ya