Aqua Tofana, Kosmetik Pembunuh Para Suami
Di era ini, para perempuan yang sudah dewasa tidak memiliki banyak pilihan selain menikah dan berkeluarga, atau menua seorang diri. Pilihan paling nyaman dan aman adalah (tentunya) menikah. Perselingkuhan para suami menjadi skandal yang “wajar”, dan para istri biasanya akan menutup mata atau berpura-pura tidak tahu selama para suami mereka masih menafkahi keseharian mereka.
Namun tidak semua perempuan memiliki keberuntungan seperti itu. Beberapa perempuan yang kurang beruntung menemukan diri mereka menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Giulia Tofana lahir di Palermo Italia, pada tahun 1620. Ia dideskripsikan sebagai perempuan yang cantik dan sering menghabiskan waktu dengan para apothecary (ahli obat) ketika mereka membuat ramuan, hingga pada akhirnya Giulia berhasil menciptakan “ramuan”nya sendiri, Aqua Tofana.
Aqua Tofana berbentuk cairan bening tanpa rasa yang tidak terlihat berbahaya, namun sekitar empat sampai enam tetes Aqua Tofana sanggup untuk merenggut nyawa seseorang. Bahan utamanya adalah arsenik. Giulia bersama anak perempuannya, Girolama Spera, terang-terangan memasarkannya sebagai kosmetik dengan nama dagang Manna di San Nicola untuk mengelabui pihak berwenang. Aqua Tofana dikemas dalam botol cantik yang didekorasi dengan gambar St. Nicholas of Bari.
Giulia menjual Aqua Tofana kepada para istri yang ingin “membebaskan” diri dari suami mereka yang kasar dan kejam. Tentunya sebelum menjual Aqua Tofana, Giulia akan mengecek latar belakang para kliennya. Ia juga akan memberikan instruksi cara pemakaian Aqua Tofana dengan seksama untuk menghindari kecurigaan. Aqua Tofana bekerja dengan lambat, dan karena itu Giulia menginstruksikan kliennya untuk mencampur Aqua Tofana pada minuman dalam dosis kecil secara bertahap.
Gejala keracunan yang disebabkan oleh Aqua Tofana sangat mirip dengan penyakit-penyakit umum seperti muntah, diare, dan sakit perut. Pada dosis pertama, korban akan merasakan gejala yang mirip seperti flu atau masuk angin. Pada dosis ketiga, korban akan merasakan sakitnya semakin parah dan muncul gejala-gejala lain seperti muntah, dehidrasi, diare, dan sensasi terbakar di saluran pencernaan. Dan pada dosis keempat, korban akan kehilangan nyawanya.
Karena Aqua Tofana bekerja dengan lambat, korban memiliki waktu untuk mempersiapkan kematiannya, termasuk menulis surat wasiat dan bertobat. Jika umpamanya muncul tuduhan bahwa sang istri telah meracuni suaminya, sang istri dapat meminta dilakukan pemeriksaan post-mortem. Hasilnya? Tidak akan ditemukan bukti adanya racun di dalam jasad sang suami.
Rahasia Aqua Tofana tetap dijaga selama bertahun-tahun oleh para klien yang puas dan tetap dikenal sebagai salah satu kosmetik yang populer. Namun pada akhirnya salah satu klien (yang merasa bersalah) melaporkan bisnis Giulia kepada otoritas kepausan. Giulia sempat mendapat perlindungan dari masyarakat karena ia sangat populer, namun pada akhirnya ia terpaksa melarikan diri dan mencari perlindungan di sebuah gereja. Setelah itu beredar rumor bahwa Giulia telah meracuni air di Roma yang memaksa pihak kepolisian untuk segera mengambil tindakan.
Mereka memaksa masuk ke gereja dan berhasil menangkap Giulia. Melalui sejumlah interogasi dan penyiksaan, Giulia mengakui telah membunuh setidaknya 600 orang dengan Aqua Tofana. Ia dieksekusi pada tahun 1659 bersama anak perempuannya dan tiga orang asisten. Jasadnya dilempar begitu saja di depan gereja yang telah melindunginya. Beberapa klien dan penyetor juga turut ditangkap dan dieksekusi.
Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Aqua_Tofana
https://en.wikipedia.org/wiki/Giulia_Tofana
https://medium.com/history-of-yesterday/the-woman-whose-cosmetics-poisoned-over-600-unwanted-husbands-f14456cd8dfa
https://mikedashhistory.com/2015/04/06/aqua-tofana-slow-poisoning-and-husband-killing-in-17th-century-italy
Gambar:
The Love Potion, dilukis oleh Evelyn De Morgan, 1903.