Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Toxic Masculinity dan Bahayanya bagi Kesehatan Mental Laki-laki⁣

⁣"Toxic masculinity adalah anggapan sempit tentang sifat maskulinitas pada laki-laki. Toxic masculinity dapat berbahaya bagi laki-laki, wanita, dan masyarakat."⁣
Sejak kecil, banyak anak laki-laki yang diajarkan untuk menjadi pria yang tangguh, kuat, dan menonjolkan kekerasan. Beberapa pria dewasa kemudian juga memandang aktivitas "rumahan" seperti memasak dan menyapu hanya patut dilakukan perempuan. Anggapan dan perilaku ini merupakan contoh dari toxic masculinity. Seperti apa toxic masculinity tersebut?⁣
Apa itu toxic masculinity?
Toxic masculinity dapat didefinisikan sebagai kepercayaan dan perilaku sempit terkait peran gender dan sifat laki-laki. Dalam toxic masculinity, definisi maskulinitas yang lekat sebagai sifat pria harus identik dengan kekerasan, agresif secara seksual, dan tidak boleh menunjukkan emosi.  ⁣
Definisi senada dipaparkan dalam sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Psychology. Studi ini mengartikan toxic masculinity sebagai kumpulan sifat maskulin dalam konstruksi sosial yang difungsikan untuk mendorong dominasi, kekerasan, homofobia, dan perendahan terhadap perempuan.⁣
Dari definisi di atas, pengertian toxic masculinity memang sesuai dengan makna harafiahnya, yakni maskulinitas beracun. Artinya, orang yang menunjukkan perilaku toxic masculinity memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan standar maskulin pada laki-laki. ⁣
Dari definisi di atas pula, maskulinitas yang berlebihan dapat ditunjukkan dengan agresivitas terhadap orang lain, mengagungkan kekerasan, merendahkan perempuan dan orang non-heteroseksual, serta "larangan" untuk memperlihatkan kesedihan.⁣
Contoh sifat dan perilaku toxic masculinity⁣

Contoh toxic masculinity adalah melakukan kekerasan terhadap wanita⁣
Melakukan kekerasan pada orang lain, terutama wanita, merupakan bentuk maskulinitas beracun⁣
Untuk memudahkan Kamu memahami perilaku ini, berikut beberapa contoh perwujudan toxic masculinity yang kerap dilakukan maupun disematkan pada laki-laki:⁣
  1. Tidak boleh mengeluh dan menangis⁣
  2. Melakukan tindak kekerasan pada orang lain⁣
  3. Menunjukkan dominasi dan kekuasaan terhadap orang lain⁣
  4. Melakukan kekerasan dan agresivitas seksual terhadap pasangan dan orang lain⁣
  5. Merasa tidak perlu membela hak perempuan dan kaum marjinal lain⁣
  6. Mengagungkan tindakan berisiko, seperti menyetir kendaraan dengan kecepatan tinggi dan mengonsumsi obat terlarang⁣
  7. Enggan untuk melakukan aktivitas yang dianggap hanya milik perempuan, seperti memasak, menyapu rumah, berkebun, dan mengasuh anak ⁣
Mengapa toxic masculinity berbahaya?
Toxic masculinity dapat berbahaya karena membatasi definisi sifat seorang pria dan mengekang pertumbuhannya dalam bermasyarakat. Pembatasan definisi tersebut dapat menimbulkan konflik dalam dirinya dan lingkungan pria tersebut.
Toxic masculinity juga memberikan beban pada laki-laki yang dianggap tidak memenuhi standar maskulinitas beracun di atas. Apabila seorang pria dibesarkan melalui pandangan sempit toxic masculinity, ia akan merasa bahwa ia hanya bisa diterima masyarakat dan lingkungannya jika menunjukkan perilaku maskulinitas beracun.⁣
Dari contoh atas, misalnya, beberapa pria diajarkan untuk tidak menunjukkan kesedihan atau tangisan. Menunjukkan rasa sedih dan menangis dianggap sebagai karakteristik feminin dan hanya boleh dilakukan oleh perempuan. 
Ajaran tersebut tentu berbahaya bagi kesehatan mental (dan fisik) kaum laki-laki – bahwa menahan emosi menimbulkan kerentanan untuk mengalami depresi. Gawatnya, mencari pertolongan ahli kejiwaan juga dianggap karakteristik feminin – sehingga laki-laki dilaporkan lebih jarang untuk menemui psikolog atau psikiater.⁣
Bahaya toxic masculinity bagi perempuan dan masyarakat
Toxic masculinity tidak hanya berbahaya bagi kaum pria. Masyarakat, terutama kaum wanita, juga menjadi korban perilaku maskulinitas yang beracun di atas. Misalnya, beberapa pria menganggap dirinya superior dan lebih baik dibandingkan perempuan. Sebagian pria juga "diajarkan" untuk melakukan pelecehan dan kekerasan seksual. ⁣
Anggapan-anggapan di atas tak dipungkiri memicu kekerasan dalam rumah tangga hingga pelecehan seksual dan pemerkosaan. Dikutip dari lembaga non-profit Do Something, 85% dari korban kekerasan dalam rumah tangga adalah perempuan. Kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi penyebab utama cedera pada wanita.⁣
Perilaku toxic masculinity di atas yang tidak terkendali juga dapat menimbulkan efek berikut ini:⁣
  1. Bullying atau perundungan⁣
  2. Kekerasan dalam rumah tangga terhadap pasangan dan anak⁣
  3. Kekerasan seksual terhadap pasangan⁣
  4. Penyalahgunaan obat-obatan⁣
  5. Bunuh diri⁣
  6. Trauma psikologis⁣
  7. Kurangnya persahabatan yang tulus⁣
Mencegah perilaku toxic masculinity pada anak
Salah satu cara untuk menghentikan siklus toxic masculinity adalah mengajarkan anak sejak dini, terutama anak laki-laki. Berikut ini beberapa tips yang bisa kamu coba di rumah yang bisa diajarkan pada Si Kecil:⁣
  1. Sampaikan bahwa anak laki-laki juga boleh menangis dan mencurahkan apa yang dirasakan.⁣
  2. Hindari ujaran yang merendahkan perempuan pada anak laki-laki kamu, seperti, "Kamu berbicara seperti perempuan" atau "Jangan berjalan seperti perempuan ya"⁣
  3. Ajari konsep konsensual sejak dini yang sesuai dengan umur Si Kecil. Misalnya, sampaikan bahwa setiap orang memiliki batasan yang tidak bisa sembarangan dilewati. kamu juga bisa mengajarkan bahwa tubuh setiap orang adalah milik orang tersebut – sehingga ia tak bisa sembarangan menyentuh atau memeluk tanpa izin orang lain. ⁣
  4. Berhati-hati dalam memberikan media hiburan pada anak. Apabila kamu mendeteksi elemen toxic masculinity di film atau buku kesukaannya, kamu bisa memberikan intervensi bahwa elemen tersebut tidak patut untuk dicontoh.⁣
Ref : 
sehatq(.)com/artikel/toxic-masculinity-dan-bahayanya-bagi-kesehatan-mental-laki-laki

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet