Citizen Journalism: Setiap Warga adalah Seorang Jurnalis
Pada era keterbukaan informasi, berita hampir menjadi konsumsi primer bagi setiap orang. Informasi bisa datang dari mana saja, seperti dari situs berita, televisi, koran, media sosial, dan sebagainya. Dengan keterbukaan dan kebebasan berpendapat, semua orang bisa menjadi jurnalis.
Apa itu Citizen Journalism?
Sesuai namanya, citizen journalism atau pewarta warga adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga/masyarakat untuk mengumpulkan, menyusun, dan menyebarluaskan informasi kepada publik atau khalayak. Pelaku penyebaran informasi tersebut berasal dari kalangan warga dan bukan berasal dari jurnalis media profesional.
Hal yang diinformasikan bisa saja berbentuk berita, informasi terkini, keadaan TKP, hingga tip dan trik. Dengan kemunculan sosial media, citizen journalism lebih meluas lagi. Kamu mungkin sering membaca Terminal Mojok, Kompasiana, blogspot, wordpress dan video YouTube. Hal tersebut merupakan contoh sarana bagi citizen journalism. Pada dasarnya grup kita bersama, Ensiklopedia Bebas juga merupakan sarana berkumpulnya para citizen journalism, Kamu salah satunya.
Jurnalis Media VS Jurnalis Warga
Jurnalis media atau jurnalis profesional yang kita ketahui memiliki kekurangan, yakni terkadang membingkai berita (framming) sesuai dengan kepentingan yang ada. Jurnalis warga tentunya memiliki independensi yang jauh lebih baik. Jurnalis warga tidak berbenturan dengan konflik kepentingan seperti bisnis dan juga politik.
Hal yang menjadi permasalahan pada jurnalisme warga adalah masalah tentang kredibilitas. Seperti yang kita ketahui bahwa jurnalis media memiliki kompetensi dan kode etik jurnalis, tidak bagi jurnalis warga yang kevalidan atau kualitas informasinya masih diragukan.
Masihkah ingat tentang seorang ibu yang memaki seorang kurir? Ataukah berita tentang seorang bapak yang memarahi kasir toko waralaba karena membiarkan anaknya top up dengan uang curian? Berita-berita tersebut viral dengan sangat cepat. Itulah salah satu kelebihan dari jurnalisme warga, semuanya akan tersebar begitu cepat.
Namun, hal ini bisa menjadi bumerang ketika informasi yang disebarkan merupakan hoaks dan berita bohong. Hal tersebut dikarenakan jurnalisme warga tidak melakukan verifikasi dan klarifikasi berita. Semuanya terjadi begitu saja dan apa adanya. Setiap pembaca adalah filter bagi dirinya sendiri.
Lantas Bagaimana Nasib Jurnalis Profesional?
Menurut Andy F. Noya, seorang jurnalis senior Indonesia, segmen jurnalisme warga dan profesional sebenarnya berbeda. Jurnalisme profesional memiliki syarat akurasi, kedalaman, dan kelengkapan berita. Sedangkan jurnalisme warga tidak memiliki hal tersebut.
Citizen journalism bukanlah hal yang mengancam jurnalisme profesional, melainkan keduanya saling berjalan secara beriringan dalam memberikan informasi.
Citizen Journalism dan Demokrasi
Kebebasan pers merupakan salah satu ciri dari sebuah negara demokrasi. Citizen journalism mengusung konsep bahwa siapa saja bisa menjadi jurnalis dan mengemukakan pendapat. Saya tak ingin membahas lebih lanjut, mungkin kita bisa berdiskusi bersama di kolom komentar. Menurut kamu bisakah citizen journalism membebaskan kita semua pada bias "kebebasan pers" yang sepenuhnya tidak bebas? Bagaimana pandanganmu tentang citizen journalism yang menjadi mesin pembuat hoaks? Mari berdiskusi.
Trivia:Setengah dari penduduk dunia merupakan orang yang aktif di sosial media.
Referensi:
Kusnadi. (2014). Citizen Journalism Indonesia: Suatu Wujud dari Demokrasi di Indonesia. Universitas Terbuka.
Eddyono, Aryo Subarkah, dkk. 2019. Menyoroti Jurnalisme Warga: Lintasan Sejarah, Konflik Kepentingan, dan Keterkaitannya dengan Jurnalisme Profesional. Kajian Jurnalisme 3(1) hal. 1-17.