Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sampah Media Sosial Bernama "Viral"


Viral adalah sebuah kata yang tak asing lagi di masyarakat, sebuah fenomena bagai pisau, bisa digunakan untuk memotong maupun digunakan untuk membunuh, begitu juga viral bisa digunakan untuk menegakkan keadilan atau untuk membunuh karakter seseorang.

Alih-alih untuk menegakkan keadilan, tetapi akhir-akhir ini banyak kasus viral malah membunuh karakter seseorang, emosi seseorang mungkin bisa berujung pemecatan jika tombol share berulang kali ditekan.

Sebut saja kasus bapak yang marah kepada pegawai minimarket, karena anaknya membeli top up sebuah game  dengan nilai yang besar dan diduga uang itu hasil curian. Alih alih ingin memviralkan pegawai minimarket karena menerima jumlah uang yang tidak wajar, bagai boomerang, netizen malah menyalahkan si bapak yang tidak becus dalam mendidik anak.

Kata maaf pun meluncur dari bibir sang bapak, materai 10000 dibubuhkan tanda tangan dan janji tak akan mengulangi pun terucap, betapa malu nya sang bapak dalam benaknya pasti mengucap andai dahulu tidak saya rekam dan publikasikan dalam media sosial.

Fenomena viral berujung minta maaf seakan tak pernah habis, 1 kasus terselesaikan dan terlupakan timbul masalah lain kemudian di viralkan, terkadang bounty beberapa rupiah menjadi bumbu drama viral ini. 

Terbesit pertanyaan dalam otak ada apa dengan negeri ini, kenapa akhir-akhir ini masyarakat begitu marah, kemana jati diri bangsa ini yang selalu mengutamakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, bangsa timur bangsa Indonesia yang terkenal santun berubah 180 derajat ketika menggunakan media sosial, apalagi menanggapi hal bersifat menggemaskan yang kebetulan viral.

Sudah selayaknya kejadian viral mencerdaskan bukan membodohkan, mencerahkan bukan menggelapkan, membawa kabar gembira bukan menjadi amarah, maka dibutuhkan netizen yang smart untuk menjadikan kejadian viral bersifat positif, diolah dengan pendidikan bermedia sosial, disajikan pada momentum yang tepat, hingga membuat kejadian viral bukan hanya sebuah kejadian sampah, tapi sebuah usaha membangun peradaban dan pendobrak budaya sesat.

Source 
1.Yuniarto.Nur Ichsan. 2021. "Bapak marah kepada pegawai mini market". Di akses dari https://sumut,inews,id/berita/viral-orang-tua-marahi-kasir-minimarket-karena-layani-anak-top-up-game-online.
Pada 8 Juni 2021

2. Purba.Stepanus. 2021."Permohonan maaf sang bapak setelah viral". Di akses dari https://sumut,inews,id/berita/usai-viral-ayah-anak-yang-top-up-game-rp800000-minta-maaf-ke-karyawan-minimarket/2.
Pada 8 Juni 2021

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet