Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Pseudobulbar Affect (PBA), Tertawa Dan Menangis Tanpa Sebab


Setelah selesai marathon salah satu karya sutradara Todd Phillips yang sempat viral 2019 silam, tiba-tiba saya berkeinginan untuk membahas penyakit yang di derita si tokoh fiktif film tersebut yaitu Arthur Fleck atau Joker. Diketahui, sosok protagonis jahat yang diperankan oleh Joaquin Phoenix ini menderita Skizofrenia. Selain mengidap Skizofrenia, Arthur juga mengidap PBA (Pseudobulbar Affect).

Sebenarnya, Apa Itu PBA?

PBA adalah singkatan dari Pseudobulbar Affect, merupakan gangguan neurologis yang ditandai dengan tangis atau tawa yang tidak terkontrol dan terjadi tidak sesuai dengan kondisi emosional penderita. Berbeda dengan orang normal, penderita PBA akan menangis dan tertawa tanpa ada pemicu apa pun atau sebab yang jelas dan sering kali tertawa atau menangis pada situasi yang tidak sesuai. 

Suasana hati penderita PBA bertolak belakang dengan ekspresi yang ditampilkan. Seperti yang digambarkan sebagai sosok Joker. 

Gejala Pseudobulbar Affect (PBA)

Gejala pseudobulbar affect adalah tertawa atau menangis berlebihan, yang bisa terjadi kapan saja secara tiba-tiba tanpa ada pemicunya. Bahkan, tangis dan tawa penderita Pseudobulbar Affect seperti memiliki karakteristik tersendiri.

Mereka tertawa dan menangis secara tidak terkendali dan berlebihan, berbeda dengan tawa dan tangis pada orang normal, tawa mereka memiliki karakteristik sendiri. Selain itu, penderita PBA juga sering kali merasa frustrasi dan marah. Rasa frustrasi dan marah tersebut bisa meledak-ledak, tapi hanya berlangsung selama beberapa saat. 

Namun, untuk pola makan dan tidur, penderita PBA tidak mengalami gangguan seperti penyakit mental yang lain.

Penyebab Pseudobulbar Affect (PBA)

Sampai saat ini, mekanisme terjadinya PBA masih belum jelas. Namun, dalam beberapa penelitian mengatakan bahwa PBA disebabkan oleh kurangnya kontrol volunteer. Bagian otak yang dianggap paling berperan pada proses ini adalah cerebellum. 

Satu hipotesis menyatakan bahwa otak kecil memainkan peran kunci dalam modulasi respons emosional agar tetap sesuai dengan situasi sosial dan suasana hati pasien berdasarkan masukan dari korteks serebri. 

Gangguan sirkuit corticopontine–cerebellar mengakibatkan gangguan modulasi serebelar ini, menyebabkan PBA.

Akan tetapi, ada juga dugaan bahwa PBA disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengontrol emosi, serta adanya perubahan pada zat kimia otak dan diyakini terjadi sebagai akibat gangguan pada jalur neurologis yang mengatur ekspresi emosional. 

Hal ini karena penyakit PBA biasanya muncul pada orang-orang yang mengalami gangguan saraf seperti cedera kepala, stroke, penyakit alzheimer, penyakit parkinson, epilepsi, tumor otak, nultiple sclerosis, amyotropic latetal sclerosis (ALS), dan lainnya.

Diagnosis Pseudobulbar Affect (PBA)

Langkah dokter dalam mendiagnosis PBA adalah menanyakan gejala yang dialami pasien terlebih dahulu, kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Dan saat ini, pengobatan Pseudobulbar Affect hanya bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala dan frekuensi emosi yang timbul. 

Obat-obatan seperti antidepresan, dextromethorphan, atau quinidine juga berperan sebagai metode pengobatan PBA.

Referensi :

[1] Tim Humas FK. 2019. Mengenal Pseudobobulbar Affect, Penyaki Joker. Diakses melalui http;//fk,unej,ac,id/mengenal-pseudobobulbar-affect-penyakit-joker-2019. Diakses pada 6 Mei 2021.

[2] Willy, Tjin. 2019. Pseudobobulbar Affect. Diakses melalui https;//www,alodokter,com/pseudobulbar-affect-pba. Diakses pada 6 Mei 2021.

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet