Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kamu Termasuk Yang Mana, Si Optimistic Atau Si Pessimistic?


Mungkin kita pernah atau sering mendengar nasehat dari orang lain mengatakan bahwa, sikap pessimistic itu merupakan hal yang buruk yang ada dipikiran manusia.

Sikap dan pikiran yang harus dibuang jauh-jauh jika ingin menggapai suatu kesuksesan, sebab sikap dan pikiran tersebutlah yang menghalangi potensi seseorang muncul dan terus berkembang, karena “hey! sang pemenang adalah orang yang selau optimis terus berjuang apapun rintangan nya” setidaknya seperti itu lah menurut cerita tentang pahlawan dan orang sukses yang sering kita dengar dalam film atau iklan.

Namun benarkah demikian? Benarkah pikiran pessimistic ini sama tidak berguna nya, serta seharusnya hal tersebut tidaklah perlu, sama seperti masker debu yang sedang ramai dipakai orang-orang?

Kita hidup dalam dunia yang anehnya sangat optimis, mungkin hal tersebut disebabkan dari kegiatan seputar bisnis yang sejak lama memang sering menggunakan konsep kebahagian dan keceriaan untuk menjual barang & jasa yang mereka miliki pada kita.

Mungkin juga karena perkembangan teknologi yang terus berkembang dan memberikan rasa seperti teknologi tersebut telah memberi warna dan mengisi kehidupan kita secara penuh walaupun sebenarnya tidak demikian pula, sebab kenyataannya diabad inilah semua orang merasa sedih dan depresi. Semua orang merasa khawatir dan sedih hampir setiap saat, orang yang kita pikir sebagai normal hanyalah orang yang belum kita kenal dengan baik.

Sebab dunia yang terlalu optimis ini lah kita kehilangan penglihatan untuk mengerti makna dari melihat gelas yang separuh penuh, selama berabad-abad agama dan kepercayaan mengirim pesan yang sebenarnya hampir sama.

Dalam Islam dan agama Kristen berbicara tentang jatuhnya umat manusia dan ketidaksempurnaan duniawi yang tak terelakan, dalam agama buddha mengajarkan bahwa hidup adalah penderitaan. Hal tersebut sangat membantu untuk memastikan ekspektasi & harapan kita dalam keadaan baik.

Menurut seorang psikolog, William James: kebahagiaan adalah ‘kenyataan’ dibagi ‘harapan’

Ada dua cara untuk menjadi bahagia, mengubah kenyataan atau mengubah ekspektasi, seorang pessimis yang baik mengerti pelajaran penting yaitu “hidup sering kali berjalan tidak sesuai atau buruk” jangan berpikir bahwa kami para pessimis sebagai orang suram, kenyataan antara yang ‘seharusnya’ & ‘sebenarnya’ terjadi bisa dipenuhi dengan tawa.

Tawa bahagia tersebut adalah tawa yang juga tahu bahwa hari ini akan berjalan buruk, besok mungkin bisa lebih buruk lagi, sampai yang paling buruk terjadi, tapi tak mengapa, sebab kami tau dan tak mengharapkan hal yang baik terjadi.

Kekecewaan hanyalah bualan yang tak pernah pessimis rasakan karena dari awal kami memang tidak menaruh harapan.

Maka dari itu, mungkin penyebab banyaknya orang yang mengalami depresi sendiri adalah kurangnya sifat pessimis yang kita miliki? Mungkin pessimistic sendiri merupakan bumbu penting dalam kehidupan, yang seharusnya bukan kita jauhi sejauh-jauhnya dalam pikiran kita. Seperti yang kebanyakan orang katakan?

Menurutmu sendiri bagaimana? Lalu menurut mu, kamu termasuk yang mana? si optimistic atau si pessimistic?.

Yuk gabung group kami di aplikasi telegram
https://t.me/joblokernet